Pada 20 Juli 2024 – Ikatan Keluarga Pelajar Mahasiswa Empat Lawang (IKPM) sukses mengadakan diskusi bertema "Pesona Empat Lawang: Menggali Keindahan dan Membangun Cinta untuk Daerah Kita" di Yogyakarta. Acara ini menghadirkan perwakilan dari 17 kabupaten/kota se-Sumatera Selatan dengan tujuan memperkenalkan kekayaan, keunikan, dan budaya Kabupaten Empat Lawang.
Inda Lestari selaku koordinator bidang keilmuan dan keagamaan mengatakan. Pemilihan Asrama Balai Sriwijaya sebagai lokasi acara bukan tanpa alasan. Sebagai tempat berkumpulnya 17 kabupaten/kota se-Sumatera Selatan di Yogyakarta, tempat ini dipilih untuk memantapkan pengenalan daerah Empat Lawang.
Acara dimulai dengan penampilan "Tari Mapak Empat Lawang," atau tari "Sambut," Oleh Rica salah satu pelajar Di Yogyakarta yang berasal dari empat lawang, penampilan tari yang merupakan simbol penghormatan dan rasa terima kasih kepada tamu. Selain itu, pengenalan baju adat Sumatera Selatan, yakni kain songket bermotif tumpal, menambah keaslian acara. Motif tumpal melambangkan keramahan dan saling menghormati, sesuai dengan adat Sumatera Selatan.
Ketua IKPM Empat Lawang, Thomas, membuka acara dengan sambutan hangat, menjelaskan tujuan dari diskusi ini:
1. Meningkatkan kebersamaan dan cinta terhadap Sumatera Selatan
2. Menggali pesona dan potensi Empat Lawang
3. Memperkuat tali silaturahmi
Thomas juga memberikan penjelasan singkat tentang sejarah IKPM Empat Lawang, yang didirikan pada 28 Desember 2008 dengan asas kekeluargaan. Ucapan terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang mendukung kesuksesan acara, termasuk IKPM Sumatera Selatan sebagai tuan rumah, narasumber, peserta, dan panitia.
Diskusi menyoroti kekayaan alam Empat Lawang, yang dikenal sebagai "Kabupaten Seribu Air Terjun." Kabupaten ini memiliki potensi besar di sektor pertanian, rempah-rempah, dan wisata arus deras. Keramahan masyarakat serta benda-benda bersejarah yang berharga juga menambah daya tarik wisata.
Acara ini juga membahas keragaman etnis dan budaya Empat Lawang, yang mayoritas dihuni oleh Suku Lintang. Selain itu, kuliner khas seperti Roti Raden dan klepon, serta tradisi Budaya Dikir, menambah kekayaan budaya daerah ini.
Dalam sesi tanya jawab, narasumber Mario Kaslindo dan Dr. Sobirin Malian SH,. M.Hum. memberikan wawasan tentang peran aktivis dalam menumbuhkan rasa cinta terhadap daerah, pelestarian budaya Rabana, dan strategi memperkenalkan budaya untuk mengangkat perekonomian. Mario menekankan pentingnya kolaborasi dan diskusi aktif, sedangkan Dr. Sobirin Malian, SH,. M.Hum. menyoroti tantangan dalam pengembangan sumber daya manusia dan inovasi daerah.
IKPM Empat Lawang juga memberikan tiga penghargaan kepada peserta dengan pertanyaan terbaik, sebagai bentuk apresiasi atas kontribusi mereka dalam diskusi.
Pertanyaan dari Kurniawan (IKPM Sumatera Selatan): "Bagaimana peran aktivis daerah dalam menumbuhkan rasa cinta terhadap potensi daerah dan belum ada peran yang berani padahal pada uud desa yang telah ada?"
Mario Kaslindo: Menekankan pentingnya peran aktif dan kolaborasi.
Dr. Sobirin Malian: Menggarisbawahi perlunya penegakan hukum yang lebih baik di Indonesia.
Pertanyaan dari Arya salah satu pengurus Bidang Semi Otonom Seni Dan Budaya (IKPM Empat Lawang): "Bagaimana melestarikan budaya Rabana?"
Mario Kaslindo: Rabana harus dilestarikan tanpa batasan gender atau usia, sering ditampilkan dalam acara pernikahan.
Pertanyaan dari Ramadhan (Ketua Umum IKPM Musi Banyuasin): "Bagaimana mengangkat perekonomian melalui budaya?"
Mario Kaslindo: Pentingnya peran pemerintah dalam inovasi daerah dan pencarian sponsor.
Acara ini diakhiri dengan harapan agar semua peserta saling mengenal lebih dalam, menggali potensi daerah masing-masing, dan mendapatkan dukungan berkelanjutan untuk kegiatan serupa di masa depan.
PR bagi pemuda Empat Lawang adalah harus menjadi bagian dari pemerintah, serta menjaga dan mengelola sumber daya manusia serta alam dengan baik, serta melibatkan diri dalam proses ini dengan dukungan dari pemerintah daerah, khususnya Kabupaten Empat Lawang.